Kamis, 04 Maret 2010

SULIT AIR

SULIT AIR
Cuaca panas beberapa minggu terakhir ini membuat sejumlah sumur milik warga di Jalan Nuri Kampung Mekar Jaya KM 7 dan daerah lainnya di Tanjungpinang menjadi kering. Untuk keperluan mandi dan mencuci sehari-hari, warga terpaksa harus mencari air alternatif seperti mengungsi mandi dan mencuci di rumah keluarga atau membeli air lori tangki seharga Rp 40.000 permeter kubik. Sedangkan untuk keperluan minum, warga harus membeli air isi ulang seharga Rp. 4.500 pergalon. Jaringan pipa distrisbusi PDAM belum menjangkau kawasan itu. Padahal jaraknya tidak sampai 700 meter kalau disambung dari komplek Pemda Batu 7 atau dari Muhamadiyah batu 8 atas. Namun kenyataannya warga masih disulitkan untuk memenuhi kebutuhan air dalam jumlah yang cukup merata dan mutu yang baik. Dari sejumlah warga yang tinggal di jalan Nuri itu terdapat rumah Ketua LSM Air, Lingkungan dan Manusia (ALIM) Kherjuli. Aktivis Air yang dikenal getol menyuarakan pelayanan air minum PDAM dan Sumber Daya Air di Pulau Bintan itu ternyata belum mampu mengakses air Pemerintah/PDAM. Ditemui di rumahnya, Ketua LSM ALIM Kherjuli mengatakan bahwa kebanyakan sumur warga di Kampung Mekar Jaya ini tidak ada mata airnya dan hanya untuk tadah air hujan. Apablia 2 hingga 3 minggu saja tidak turun hujan, maka air bawah tanah tersebut akan habis dan tidak dapat disedot lagi. Kami sekeluargapun terpaksa harus mengungsi mandi dan mencuci ke rumah adik di Kijang Kencana atau di batu 9. Kalau ada uang lebih, baru kami membeli air lori tangki dan itupun hanya 1 kubik (sekitar 5 drum) saja karena kami hanya memiliki drum air sejumlah itu. Ketika ditanyakan kenapa tidak berlangganan air PDAM saja, Kherjuli terdiam sejenak. ”Kami sekeluarga dapat memahami dan tidak pernah minta diprioritaskan. Siapa sih yang tidak butuh air ? Warga disini juga sudah lama berharap bisa berlangganan PDAM. Tapi ya harus bagaimana lagi ? Pernah suatu pagi, air di bak mandi hanya tinggal satu ember sedang dan hanya bisa buat mandi 3 orang saja. Kami sekeluarga di rumah berempat. Akhirnya Saya yang mengalah dan hanya cuci muka lalu bergegas pergi ke stasiun Radio sebagai narasumber dalam acara dialog interaktif bersama Ketua BPP SPAM Jakarta membahas tentang seputar masalah Tarif PDAM. Saya katakan bahwa Tarif PDAM mesti disesuikan agar cakupan pelayanan PDAM dapat diperluas. Bukan saja di Jalan Nuri tetapi juga di daerah lain yang belum terjangkau layanan PDAM.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar